Selasa, 15 Januari 2013

distribusi kecepatan


LAPORAN PRAKTIKUM AERODINAMIKA
DISTRIBUSI KECEPATAN


Disusun oleh :
Risky Pratama P (111221025)
RR. Alvina Rana P (111221026)
Saadilah Rasyid (111221027)
Tria Satria (111221028)
Ulfi Latipah O (111221030)
Yusuf Adiwinata (111221031)
Zaskia Azhar Yasmin (111221032)


Kelas 2-Aeronautika

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DASAR TEORI
            Venturimeter merupakan alat ukur aliran fluida yang terdiri dari pipa konvergen dan divergen (venturi) yang menggunakan prinsip beda ketinggian cairan pada kedua kakinya akibat perbedaan tekanan.
Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi lebih besar daripada bagian tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki penampang yang lebi sempit, dengan demikian, maka akan terjadi perubahan kecepatan.
Tabung pitot (dibaca Pitou sesuai fonologi Prancis) adalah instrumen untuk melakukan pengukuran tekanan pada aliran fluida. Tabung pitot ditemukan oleh insinyur berkebangsaan Prancis, Henri Pitot pada awal abad ke 18, dan dimodifikasi oleh ilmuwan berkebangsaan Prancis, Henry Darcy di pertengahan abad ke 19. Tabung pitot telah digunakan secara luas untuk menentukan kecepatan dari pesawat terbang dan mengukur kecepatan udara dan gas pada aplikasi industri.
Berbagai tipe tabung pitot
Tabung pitot sederhana terdiri dari tabung yang mengarah secara langsung ke aliran fluida. Tabung ini berisi fluida, sehingga tekanan bisa diukur dengan perubahan tinggi dari fluida tersebut. Tekanan stagnasi dari fluida, juga disebut dengan tekanan total atau tekanan pitot.
Tekanan stagnasi yang terukur tidak bisa digunakan untuk menentukan kecepatan fluida. Namun, persamaan Bernoulli menyatakan bahwa:
Tekanan stagnasi = Tekanan Statis + Tekanan Dinamis


Tekanan dinamis adalah selisih antara tekanan stagnasi dan tekanan statis. Tekanan statis diukur menggunakan saluran statis pada salah satu sisi lubang. Tekanan dinamis ditentukan menggunakan diafragma di dalam kontainer tertutup. Jika udara pada satu sisi diafragma adalah tekanan statis, maka sisi yang lain adalah tekanan stagnasi, dan defleksi dari diafragma proporsional dengan tekanan dinamis.
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli.

Hukum Bernoulli

Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan (incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan (compressible flow).

Aliran Tak-termampatkan

Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:


di mana:
v = kecepatan fluida
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan fluida
rho= densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
  • Aliran bersifat tunak (steady state)
  • Tidak terdapat gesekan (inviscid)

penurunan rumus sehingga didapatkan :


Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam menganalisa suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu partikel yang dikenali untuk bergerak sepanjang jarak yang telah ditentukan.
Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati nol pada dinding pipa dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa. Kecepatan biasanya sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan yang tidak serius dalam masalah aliran fluida sehingga penggunaan kecepatan sesungguhnya adalah pada penampang aliran. Bentuk kecepatan yang digunakan pada aliran fluida umumnya menunjukkan kecepatan yang sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang disebutkan.

Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalir dalam suatu pipa. Jumlah dari aliran fluida mungkin dinyatakan sebagai volume, berat atau massa fluida dengan masing-masing laju aliran ditunjukkan sebagai laju aliran volume (m3/s), laju aliran berat (N/s) dan laju aliran massa (kg/s).
Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang incompressible, menurut [1] yaitu :
Q = A . v
Dimana :          Q = laju aliran fluida (m3/s)
A = luas penampang aliran (m2)
v = kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
 Laju aliran berat fluida (W), menurut [2] dirumuskan sebagai :
 W = γ. A . v
Dimana :          W = laju aliran berat fluida (N/s)
γ = berat jenis fluida (N/m3)
Laju aliran fluida massa (M), menurut [3] dinyatakan sebagai :
M = . A . v
Dimana :          M = laju aliran massa fluida (kg/s)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)


DATA PERCOBAAN dan PERHITUNGAN DATA
1.      Pada rpm 2100
Micromanometer (tabung pitot)
ketinggian  (mm)
h1
h2
∆h (mm)
∆h (m)
v (m/s)
0
24.5
25.5
1
0.001
0.125284
5
24.5
26
1.5
0.0015
0.153441
10
24.5
26.5
2
0.002
0.177178
15
24.5
26.8
2.3
0.0023
0.190002
20
24.5
27.2
2.7
0.0027
0.205862
25
24.5
27.5
3
0.003
0.216998
30
24.5
27.5
3
0.003
0.216998
35
24.5
27.5
3
0.003
0.216998
40
24.5
27.5
3
0.003
0.216998
45
24.5
28
3.5
0.0035
0.234384
50
24.5
28
3.5
0.0035
0.234384
55
24.5
28
3.5
0.0035
0.234384
60
24.5
28
3.5
0.0035
0.234384
65
24.5
28
3.5
0.0035
0.234384
70
24.5
28
3.5
0.0035
0.234384
75
24.5
27.8
3.3
0.0033
0.227589
80
24.5
27.8
3.3
0.0033
0.227589
85
24.5
27.8
3.3
0.0033
0.227589
90
24.5
28
3.5
0.0035
0.234384
95
24.5
28
3.5
0.0035
0.234384
100
24.5
28
3.5
0.0035
0.234384
105
24.5
28.2
3.7
0.0037
0.240988
110
24.5
28.3
3.8
0.0038
0.244223
115
24.5
28
3.5
0.0035
0.234384
120
24.5
28.3
3.8
0.0038
0.244223
125
24.5
28.5
4
0.004
0.250567
130
24.5
28.5
4
0.004
0.250567
135
24.5
28.5
4
0.004
0.250567
140
24.5
28.5
4
0.004
0.250567
145
24.5
28.5
4
0.004
0.250567




2.      Pada rpm 2827
Micromanometer (tabung pitot)

ketinggian  (mm)
h1
h2
∆h (mm)
∆h (m)
v (m/s)
0
24.5
27
2.5
0.0025
0.198091
5
24.5
27.4
2.9
0.0029
0.21335
10
24.5
27.5
3
0.003
0.216998
15
24.5
28.8
4.3
0.0043
0.259794
20
24.5
29
4.5
0.0045
0.265767
25
24.5
29.5
5
0.005
0.280143
30
24.5
29.6
5.1
0.0051
0.28293
35
24.5
29.8
5.3
0.0053
0.288425
40
24.5
30
5.5
0.0055
0.293816
45
24.5
30.2
5.7
0.0057
0.299111
50
24.5
30.3
5.8
0.0058
0.301723
55
24.5
30.4
5.9
0.0059
0.304313
60
24.5
30.2
5.7
0.0057
0.299111
65
24.5
30
5.5
0.0055
0.293816
70
24.5
30
5.5
0.0055
0.293816
75
24.5
30
5.5
0.0055
0.293816
80
24.5
29.9
5.4
0.0054
0.291133
85
24.5
30
5.5
0.0055
0.293816
90
24.5
30.1
5.6
0.0056
0.296475
95
24.5
30.2
5.7
0.0057
0.299111
100
24.5
30.5
6
0.006
0.306881
105
24.5
30.7
6.2
0.0062
0.311954
110
24.5
30.8
6.3
0.0063
0.31446
115
24.5
31
6.5
0.0065
0.319412
120
24.5
31
6.5
0.0065
0.319412
125
24.5
31
6.5
0.0065
0.319412
130
24.5
31.2
6.7
0.0067
0.324289
135
24.5
31.3
6.8
0.0068
0.3267
140
24.5
31.3
6.8
0.0068
0.3267
145
24.5
31.3
6.8
0.0068
0.3267




3.      Dari kecepatan yang didapatkan diatas maka bisa dibuat profil kecepatan seperti pada kurva berikut :

·         Pada rpm 2100



·         Pada rpm 2827 
 

ANALISIS DATA
Saat praktikum, kami hanya memindahkan ketinggian pitot tube setengah dari diameter pipa,  data yang didapatkan dari setengah pipa ini sudah bisa mewakili keseluruhan , ini terjadi karena pipa merupakan sebuah benda yang simetris sehingga data yang dihasilkan dari sumbu pipa ke atas dan sumbu pipa kebawah akan sama, oleh karena itu kami tidak melakukan pengambilan data secara keseluruhan.
Dari tabel, terlihat bahwa kecepatan udara pada rpm 1 (2100) lebih kecil daripada kecepatan udara pada  rpm 2 (2827). Ini menunjukkkan bahwa rpm berpengaruh terhadap kecepatan udara, yaitu semakin kecil rpm akan semakin kecil pula kecepatan udaranya, begitupun sebaliknya.
Dari tabel, terlihat bahwa kecepatan udara pada rpm 1 (2100) dan rpm 2 (2827) saat pitot tube semakin turun (semakin mendekati pusat dari pipa) rata-rata adalah semakin besar, hal ini terjadi karena semakin berkurangnya gaya gesek dari dinding pipa.  namun ada juga kecepatan pitot pada ketinggian tertentu yang justru turun, contohnya pada saat pitot tube diturunkan sebanyak 65 mm kecepatannya adalah 0.2344 m/s namun saat pitot tube diturunkan lagi 5 mm kecepatannya malah berkurang menjadi 0.2276 (pada rpm 2100) hal ini bisa saja terjadi karena
Ditinjau dari profil kecepatan, terlihat bahwa aliran pada pipa adalah aliran laminar. aliran laminar adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis alir. Alirannya relatif mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya bergerak sejajar (laminae) & mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, didapatkan bahwa :
·         besarnya kecepatan aliran udara pada suatu pipa mendekati nol pada dinding pipa dan mencapai maksimum pada daerah sekitar tengah-tengah pipa
·         Semakin tinggi rpm maka semakin tinggi pula kecepatannya
·         Aliran udara pada pipa merupakan aliran laminar


DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar