Rabu, 07 November 2012

metalografi


LAPORAN PRAKTIKUM
METALOGRAFI






oleh
RR Alvina Rana Prabowo
111221026
2 Aeronautika

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


Tujuan Praktikum
1.      Melakukan prosedur metalografi dengan benar
2.      Mengetahui struktur mikro material
Dasar Teori
Metalografi adalah salah satu cara untuk melakukan pemeriksaan struktur mikro pada logam dengan pengamatan dibawah mikroskop optic. Struktur mikro meliputi fasa yang setimbang. Fasa yang setimbang adalah fasa yang terbentuk dari fasa cair ke fasa padat dengan laju pendinginan sangat lambat. Jenis fasa ini terdiri dari perlit, ferit, austenite dll yang dapat dianalisis dengan menggunakan diagram fasa (Fe-C). Fasa yang tidak setimbang adalah fasa yang terbentuk akibat pendinginan cepat. Jenis fasa ini terdiri atas martensit, bainit, yang dapat dianalisis dengan menggunakan diagram CCT (Continous-Cooling Transformation). Sedangkan ditinjau dari bentuk butir logam memiliki dua bentuk butir, yaitu butir equaxial dan elongation.
Terdapat 2 skala pengamatan:
1.      Skala Pengamatan Makro: Pengamatan dengan perbesaran10X atau lebih kecil.
Yang diamati: Porositas, segregasi pad aprodukcor, pengotor, jenis perpatahan,homogenitas struktur las
2.      Skala pengamatan mikro: Pengamatan100x atau lebih besar.
Yang diamati: fasa, besar butir, endapan.
 Alat yang digunakan: MikroskopOptik(s/d 1000 x),Scanning Electron Microscope(SEM); (s/d 300000 x), Transmission Electron Microscope (TEM); (s/d 1000000 x)
            Diagram fasa Fe-C adalah diagram fasa biner besi-karbon dengan keluratan karbon didalam besi maksimum 6.7% . Analisis pada diagram fasa Fe-C dengan asumsi bahwa pendinginan dari fasa cair ke fasa padat dilakukan dengan laju pendinginan yang sangta lambat. Pada digram fasa tersebut terdapat tiga reaksi fasa yaitu reaksi fasa peritektik, eutektek, dan eutectoid. Sedangkan fasa yang terbentuk antara lain : austenite, feritik, perlitik, sementit. Apabila ditinjau dari % C pada Fe, diagram tersebut dikelompokkan ke dalam empat yaitu : baja hypoeutektoid, baja hypereutectoid, besi cor hypoeutektik dan besi cor hypereutektik. Bentuk diagram fasa Fe-C dapat dilihat pada Gambar 1-1
            Diagram fasa Continous Cooling Transformation (CCT) adalah diagram yang menggambarkan proses pendinginan dari fasa austenite ke fasa yang lain dilakukan dengan pendinginan yang beragam, termasuk media pendinginnya. Dengan laju pendinginan yang beragam tersebut, strukur mikro logam mengalami perubahan, yang berakibat pada perubahan sifat mekanik bahan utamanyaterhadap kekerasan. Namun demikian tidak semua baja dapat dikeraskan, tergantung pada kandungan karbon atau karbon ekivalennya.







Gambar 1-2 Struktur mikro baja sebagai fungsi pendinginan
 





 










                                                                                                                           

















































 
 

Alat yang Digunakan
1.      Alat pemotong spesimen
2.      Alat monting
3.      Rotary grinding dan alat poles
4.      Alat pengering spesimen
5.      Mikroskop optik
Bahan yang Diperlukan
1.      Ampelas kasar sampai halus (100-200)
2.      Larutan etching
3.      Kapas
Langkah kerja
Sebelum praktikum
·         Lakukan penetapan atau pemilihan sampel logam yang akan diperiksa struktur mikronya
·         Lakukan studi literatur untuk mendeskripsikan spesimen yang akan diperiksa
·         Lakukan pemotongan spesimen sesuai dengan studi literatur
·         Lakukan mounting spesimen untuk memudahkan dalam pemegangan benda uji

Mempersiapkan spesimen metalografi
·         Lakukan penggerindaan spesimen yang sudah dimountingdengan menggunakan mesin rotary grinding. Gunakan ampelas dari yang terkasar (nomor terkecil) sampai yang terhalus (nomor terbesar)
·         Permukaan spesimen  diusahakan rata pada kedua bidangnya, agar pada saat pengamatan tidak terjadi bias
·         Bila penggerindraan atau pengampelasan telah selesai, lakukan pemolesan pada bagian permukaan yang akan dijadikan objek pengamatan
·         Gunakan mesin poles dan kain poles yang halus serta pasta peleshing yang ada
·         Pada saat melakukan pemolesan, usahakan permukaan benar-benar terbebas dari goresan bekas ampelas.Gunakan mikroskop untuk melihat ada atau tidaknya bekas goresan
·         Etching. Gunakan table etching yang ada
Problem etching
·         Struktur mikro tidak muncul, hal ini disebabkan oleh waktu etching yang kurang lama, atau pilihan larutan etching tidak sesuai dengan spesimen.



·         Struktur terkorosi atau over etching , hal ini disebabkan oleh waktu etching yang terlalu lama. Bila hal ini terjadi lakukan pemolesan kembali

Analisis

austenit
 
grafit
 
            



Dari hasil pengambilan gambar menggunakan mikroskop, maka didapatkan bahwa struktur mikro pada material tersebut adalah struktur mikro dari besi tuang atau besi cor, lebih tepatnya adalah besi cor kelabu, ditandai dengan adanya bentuk seperi cacing pada struktur mikro tersebut. Besi cor kelabu terbentuk ketika karbon dalam paduan berlebih hingga tidak larut dalam fasa austenitnya dan membentuk grafit berbentuk serpih (flake). Jika besi cor ini dipatahkan maka permukaan patahannya berwarna abu-abu sehingga disebut besi cor kelabu. Besi cor kelabu adalah salah satu material teknik yang penting karena memiliki banyak kegunaan, biaya produksinya relatif murah, mampu mesin yang sangat baik, tahan aus, dan memiliki efek peredam getaran(damping capacity). Secara umum besi cor kelabu memiliki kandungan karbon (2,5 – 3,5) %, silikon (1,5 – 3,0) %, mangan (0,5 – 0,8) %, sulfur (max. 0,15%), dan fosfor (max. 0,25%). Kekuatan tarik besi cor ini antara 179 – 293 MPa, kekerasan 140 – 270 HB. Aplikasi besi cor kelabu antara lain untuk silinder blok, plat kopling, gear box, bodi mesin diesel, dan lain-lain.Secara komersial, besi tuang atau besi cor yang dipakai adalah besi tuang dengan kadar karbon 2.5%-4.3% karena kadar karbon yang tinggi dapat membuat besi tuang atau besi cor ini menjadi sangat rapuh.
            Jika dilihat pada gambar hasil percobaan, terlihat ada daerah yang hitam (gosong) hal ini bisa saja terjadi dikarenakan waktu etching yang terlalu lama, meskipun sudah dipoles lagi namun hal ini tidak menghilangkan semua bekas gosong. Digambar juga terlihat bahwa terdapat bagian yang tidak focus, hal ini terjadi karena permukaan spesimen tidak rata.
            Jika dilihat dari struktur mikronya, terdapat perbedaan bentuk grafit, yaitu berbentuk bulat, serpih (flakes), dan berkelompok. (lihat pada Gambar 1-3)









Gambar 1-3 Bentuk grafit pada besi cor (Tata Surdia, 1975)
 
 










            Grafit adalah satu bentuk kristal karbon yang lunak dan rapuh, pada struktur besi cor 85 % dari kandungan karbon terbentuk sebagai grafit. Dalam struktur mikro ada berbagai bentuk dan ukuran dari potongan-potongan grafit yaitu halus atau besar, serpih atau asteroit, bergumpal atau bulat. Keadaan potongan grafit ini memberikan pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat mekanis dari besi cor. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan bentuk dari potongan-potongan grafit, dimana serpih-serpih grafit mengalami pemusatan tegangan pada ujung-ujungnya, kalau suatu gaya bekerja tegak lurus pada arah serpih, sedangkan pada grafit bulat tidak mengalami hal tersebut.
            Austenite ialah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 2%C pada temperature 1130 Derajat Celcius, struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic).Sifat-sifatyang penting pada austenit : Ketangguhan baik sekali, Ketahanan korosi yang paling baik dari SS yang lain, Bentuk kristal pada suhu ruangan dan temperature tinggi adalah FCC, Non hardened heattretment, Mudah dibentuk, Dapat menahan timbulnya scc dan linier granulun corrosion,  Paling banyak dipakai dalam industri, Non magnetit , Stabil antara temperatur 911 - 1392˚C , Maximum solubility 2,14 % wt C ,Elevated temperatur.
            Jika gambar diatas dibandingkan dengan hasil gambar pada percobaan maka didapatkan bahwa gambar hasil percobaan hampir sama dengan gambar no I , yaitu grafit berbentuk serpih-serpih (flakes).

 Selain itu ada tipe grafik yang dapat terjadi pada besi cor kelabu (sebagai referensi)
  











Gambar 1-4  Tipe Grafit Pada Besi Cor Kelabu (Tata Surdia, 1975)
 
 

Jika dilihat dari struktur mikro referensi, diperkirakan spesimen yang diuji adalah besi cor kelabu. Besi cor kelabu terbentuk ketika karbon dalam paduan berlebih hingga tidak larut dalam fasa austenitnya dan membentuk grafit berbentuk serpih (flake). Besi cor kelabu adalah salah satu material teknik yang penting karena memiliki banyak kegunaan, biaya produksinya relatif murah, mampu mesin yang sangat baik, tahan aus, dan memiliki efek peredam getaran (damping capacity). Secara umum besi cor kelabu memiliki kandungan karbon (2,5 – 3,5) %, silikon (1,5 – 3,0) %, mangan (0,5 – 0,8) %, sulfur (max. 0,15%), dan fosfor (max. 0,25%). Kekuatan tarik besi cor ini antara 179 – 293 MPa, kekerasan 140 – 270 HB.

Kesimpulan
Karekteristik struktur mikro logam (logam ferrous) berbeda-beda satu sama lainnya, hal ini berfungsi untuk mengidentifikasi logam tersebut.
Berdasarkan struktur mikronya, gambar hasil percobaan merupakan stuktur mikro dari besi cor kelabu (gray cast iron).
Fasa-fasa yang terbentuk adalah austenit dan grafit.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar